Tantangan dalam Penanganan Insiden Laut di Perairan Indonesia
Tantangan dalam penanganan insiden laut di perairan Indonesia memang tidak bisa dianggap remeh. Insiden laut seperti kapal tenggelam, tabrakan kapal, atau kebocoran minyak bisa mengancam keselamatan manusia, lingkungan, dan ekonomi negara.
Menurut Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya Bagus Puruhito, “Indonesia memiliki 17.504 pulau dan 95.181 kilometer garis pantai yang harus dijaga. Tantangan dalam penanganan insiden laut semakin kompleks dengan jumlah kapal yang semakin bertambah setiap tahunnya.”
Salah satu tantangan utama dalam penanganan insiden laut di perairan Indonesia adalah kurangnya koordinasi antar lembaga terkait. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Zakaria Siregar, “Koordinasi antar lembaga seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan, dan Badan SAR Nasional harus ditingkatkan agar penanganan insiden laut bisa lebih efektif.”
Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana juga menjadi faktor yang mempersulit penanganan insiden laut. Menurut data Kementerian Perhubungan, hanya sekitar 30 persen dari 300 pelabuhan di Indonesia yang memiliki sarana pemadam kebakaran kapal. Hal ini tentu menjadi tantangan besar dalam penanganan insiden laut.
Untuk mengatasi tantangan dalam penanganan insiden laut di perairan Indonesia, diperlukan kerjasama antar lembaga terkait, peningkatan sarana dan prasarana, serta peningkatan keterampilan dan pengetahuan petugas penanggulangan bencana laut. Dengan upaya bersama, diharapkan penanganan insiden laut di perairan Indonesia bisa lebih efektif dan efisien.